belah duren

Minggu, 09 Maret 2014

Presentasi 1 Kelompok 6




The Behavioral Perspective: Observing The Outer Person
  • John B Watson berpendapat, menekankan betapa dibutuhkannya suatu  observasi dan eksperimen yang sitematis untuk mempelajari perilaku. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya
  Gambar 1.1 John B Watson

  • B F Skinner berpendapat, memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman danpemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. 
  Gambar 1.2 B.F Skinner

  • Fokus pada perilaku yang dapat diamati yang dapat diukur secara obyektif



The Cognitive Perspective: Identifying The Roots of Tnderstanding

  • Perspektif kognitif:
Perspektif (Inggris: Perspective) menurut ilmu kognitif adalah estimasi dalam pilihan politik atas konteks atau referensi dalam memilih ideologi yang dianggap legitimasi berdasarkan dari kodifikasi pengalaman, evaluasi dalam pembentukan kepercayaan yang koheren, pembandingan, paradigma, pandangan, komprehensif dan kenyataan
  • Berfokus pada bagaimana orang berpikir, memahami, dan mengetahui tentang dunia

  • Pengolahan informasi



The humanistic Perspective: The Unique Qualities of The Human Species

  • Humanistic Perspective
Psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Manusia, menurut eksistensialisme adalah hal yang mengada-ada dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya.
  • Carl Ragers 
    Pandangan rogers secara esensial disusun oleh persepsi. Bagi rogers objek utama dari kajian psikologi adalah manusia dan dunia yang dipandang oleh manusia itu. Menurut rogers, oleh karena itu, kerangka fenomenologis internal dari referensi individual akan membentuk dasar psikologi yang tepat. Yang dapat dikaji terutama oleh hukum-hukum yang mengatur persepsi.
    Rogers memandang manusia sebagai bentuk-bentuk dari konsep dirinya (self concept) dan pengalaman di satu sisi, dan interpretasinya tentang stimulus lingkungan pada sisi yang lain. Inilah tingkatan kongruensi antara faktor-faktor tersebut  yang mempengaruhi perluasan aktualisasi diri yang terjadi. Rogers beragumentasi bahwa perubahan-perubahan dalam persepsi diri dan persepsi atas realitas menghasilkan perubahan yang serentak dalam perilaku dan hal itu memberikan kondisi psikologis tertentu bagi seseorang sehingga mempunyai kapasitas untuk mereorganisasi bidang persepsinya., termasuk bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri. Hal yang sangat penting adalah ancaman terhadap konsep diri, sebab diri biasanya menolak memasukkan pengalaman yang tidak konsisten dengan fungsinya. Maka rogers berpendapat bahwa ketika diri dipandang bebas dari ancaman serangan, maka diri mungkin akan menjawab persepsi yang bertolak dan mengintegrasikannya kembali diri dalam dalam cara yang sedemikian rupa hingga menjadi bagian darinya.
    Ia menganggap terapi sebagai suatu proses yang di dalam individu memiliki kesempatan untuk mengorganisasi kembali dunia subjektifnya (the subjective world), dan untuk mengintegrasikan dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, ia memandang proses utama dari terapi adalah memfasilitasi pengalaman individu untuk menjadi individu yang lebih otonom, spontan, percaya diri.
    Meskipun demikian, ketika desakan potensi aktualisasi diri, ketika desakan potensi aktualisasi diri ada dalam diri seseorang, Rogers menyatakan bahwa kondisi-kondisi yang yang dapat memfasilitasi perkembangannya terdapat pada hubungan seseorang dengan ahli terapi, dan terjadi melalui hubungan yang dekat, hangat secara emosional dan saling pengertian dimana individu bebas dari ancaman dan memiliki kebebasan untuk menjadi “diri yang sesungguhnya”.
    Saya sapat menetapkan keseluruhan hipotesis dalam satu kalimat, sebagai berikut: Jika saya dapat melakukakan suatu jenis hubungan tertentu, orang lain akan menemukan dalam dirinya kapasitas untuk tumbuh, dan berubah, serta perkembangan pribadi akan terjadi. (Rogers, 1961, hlm.33).
    Jenis hubungan yang dimaksud oleh rogers ini memiliki tiga kualitas khusus yang penting, pertama adalah antusias atau kemurnian dari para ahli terapi. Untuk mencapai hal itu ahli terapi harus sadar perasaanya sendiri, sejauh yang mungkin dilakukan, dan tidak menunjukkan sikap kepura-puraan, jika mungkin dapat mengekspresikan berbagai sikap dan perasaan. Kondisi kedua dari hubungan terapeutik adalah memandang positif kondisi yang tidak sama (unconditional positiv regard) kepada klien, memberi harga dan nilai kepada seseorang sebagai seorang individu yang terlepas dari kondisinya, perilaku dan perasaan, respek terhadap seseorang, dan penerimaan terhadap seseorang karena kebenaran yang dimilikinya. Kondisi ketiga dari hubungan itu adalah pengertian empatis atau mendengarkan secara tulus keinginan yang terus meenerus untuk memahami perasaan dan makna pribadi yang dialami seseorang.
    Jadi hubungan bermanfaat ini dicirikan sikap keterbukaan saya, dalam hal ini perasaan saya adalah tampak jelas, karena penerimaan terhadap orang lain ini sebagai orang yang terpisah dengan nilai kebenaran miliknya sendiri dan dengan pengertian empatis yang mendalam yag memungkinkan saya melihat dunia pribadinya melalui tatapan matanya. Pada saat kondisi-kondisi ini tercapai, saya menjadi kawan bagi klien saya, menemaninya dalam ketakutan mencari dirinya sendiri, kini dia merasakan bebas melakukannya.
      Konsep prinsip Pemikiran Rogers
    Adapun penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
    a.       Hasrat untuk Belajar
    Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk   memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
    b.      Belajar yang Berarti
    Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
    c.       Belajar Tanpa Ancaman
    Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan.
    d.      Belajar atas Inisiatif Sendiri
    Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar. Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian. Dia menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kurang bersandar pada penilaian pihak lain.
    Di samping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek pribadi, kognitif maupun afektif. Rogers dan para ahli humanistik yang lain menamakan jenis belajar ini sebagai whole-person-learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi yang utuh. Para ahli humanistik percaya, bahwa belajar dengan tipe ini akan menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging ) pada diri murid. Dengan demikian, murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-tugas dan yang terpenting adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar.
    e.       Belajar dan Perubahan
    Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar yang paling bermanfaat ialah bejar tentang proses belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan dating. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.
 Gambar 1.3 Carl Rogers

  • Abraham Maslow Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistikMaslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya.Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
    Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental.Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya, lalu berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah:
-          Kebutuhan fisik/biologis

-          Kebutuhan akan rasa aman

-          Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta

-          Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri

-          Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri

-          Kebutuhan estetik
 Gambar 1.4 Abraham Maslow

  • Penekanan pada kehendak bebas

  • Mencapai pemenuhan diri



Isu Kunci

  1. Alam (Keturunan) versus Nurture (Environment)
  2. Sadar versus penyebab Sadar perilaku 
  3. Perilaku diamati dibandingkan Proses internal Mental
  4. Hak Bebas vs Determinisme 
  5. Perbedaan individu versus Universal Prinsip



Sumber Data:

Di unduh dari : Blog nining Tanggal 9 Maret 2014 http://niniing.blogspot.com/2012/11/teori-humanistik-carl-rogers.html
Di unduh dari : Blog nining Tanggal 9 Maret 2014 niniing.blogspot.com/2012/11/teori-humanistik-carl-rogers.html
Di unduh dari : Wikipedia Tanggal 9 Maret 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Perspektif_%28kognitif%29 
Di unduh dari : Blog Fadli Tanggal 9 Maret 2014 fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/teori-belajar-behavioristik-john-watson-1878-1958.
Di unduh dari : Blog Dilla Tanggal 9 Maret 2014 http://teoripembelajaranbehavioris.blogspot.com/2010/09/teori-skinner-pelaziman-operan.html

di Post tanggal
Minggu, 9 maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar